Waktu berjalan begitu cepat, hingga
usia begitu gesit merambat. Detik yang berputar pun enggan untuk berhenti
sejenak. Bahkan, hanya untuk sekedar menungguku bersiap dan berbenah diri. Detik
berganti jam, hari berganti bulan, hingga tahun-tahun baru kembali berlabuh. Usia
tak lagi tujuh, atau sepuluh, atau bahkan tujuh belas. Banyak orang bilang, “siapa
calonnya?”
Bagaimana denganmu? Hanya menunggu
waktu yang tepat menurut Allah. Seperti janji-Nya yang tak pernah teringkari
atau terpalsukan. Janji Allah itu pasti, bahwa setiap insan memang diciptakan
berpasang-pasangan. Lalu apa yang perlu diragukan, ketika semua telah menjadi
sebuah ketetapan-Nya? Aku memiliki jodoh, dan kamu pun juga demikian.
Tak akan ada yang bisa menembus
kokohnya dinding takdir, bahkan hanya untuk sekedar mengintip di balik tabir. Jodoh
telah menjadi takdir-Nya yang amat sangat rahasia. Begitu rapi tersimpan di
lauhul mahfudz hingga saatnya tiba. Kita hanyalah berkewajiban untuk berbanyak
ikhtiar, serta perbanyak doa selama masa penntian masih begitu nyata.
Sejatinya, hidup ini hanyalah
tentang sebuah penantian. Menanti apa yang beum terjadi, dan menanti apa yang
belum dimiliki. Memang, sebuah penantian panjang itu, kerap membuat kita resah
dan gelisah. Hingga pada akhirnya dilanda dengan kekhawatiran yang
bertubi-tubi. Tapi, kembali lagi bahwa haruskah kita mengkhawatirkan apa ang
telah dijamin pasti oleh Allah? Semua sudah menjadi garis takdir yang pasti. Tak
bisa diganggu gugat atau dinegosiasi.
Setiap air yang mengalir di sungai
pasti akan bermuara di lautan. Setinggi apapun gunung yang menjulang, pasti
memiliki ujung. Segelap apa pun langit maam, pasti akan berakhir dengan terang,
saat kehadiran sang mentari kembali mencahayai tiap pelosok bumi. Begitu pula
dengan sebuah penantian akan hadirnya sosok peneduh jiwa. Penantian pasti akan
bermuara dalam sebuah pertemuan, hingga kemudian bersatu dalam sebuah penyatuan
yang tak terpisahkan. Seberapa lama pun sebuah penantian itu dirasa, pasti
memiliki ujung jua. Dan sepedih apapun menanti dalm kesendirian, semuanya akan
berakhir. Penantian pasti berakhir, tatkala kepastian itu hadir dan enggan
kembali melipir.
Beginilah caraku menunggumu. Menulis
untukmu, dan menulis tentangmu. Hingga nanti engkau tahu betapa banyak waktu
yang telah kuhabiskan hanya untuk menunggumu. Ya, menunggumu hadir bersama
sebuah takdir kehidupan. Aku akan terus menanti, tap bukan untuk penantian
tanpa henti. Aku akan terus menanti hingga Allah berkata “waktunya berhenti
menanti. Saatnya menjemput yang pasti”.
Komentar
Posting Komentar