Langsung ke konten utama

Postingan

JOMBLO

Waktu berjalan begitu cepat, hingga usia begitu gesit merambat. Detik yang berputar pun enggan untuk berhenti sejenak. Bahkan, hanya untuk sekedar menungguku bersiap dan berbenah diri. Detik berganti jam, hari berganti bulan, hingga tahun-tahun baru kembali berlabuh. Usia tak lagi tujuh, atau sepuluh, atau bahkan tujuh belas. Banyak orang bilang, “siapa calonnya?” Bagaimana denganmu? Hanya menunggu waktu yang tepat menurut Allah. Seperti janji-Nya yang tak pernah teringkari atau terpalsukan. Janji Allah itu pasti, bahwa setiap insan memang diciptakan berpasang-pasangan. Lalu apa yang perlu diragukan, ketika semua telah menjadi sebuah ketetapan-Nya? Aku memiliki jodoh, dan kamu pun juga demikian. Tak akan ada yang bisa menembus kokohnya dinding takdir, bahkan hanya untuk sekedar mengintip di balik tabir. Jodoh telah menjadi takdir-Nya yang amat sangat rahasia. Begitu rapi tersimpan di lauhul mahfudz hingga saatnya tiba. Kita hanyalah berkewajiban untuk berbanyak ikhtiar, serta perb
Postingan terbaru

Nasihat Diri

You can't make yourself feel positive, but you can choose how to act, and if you choose right, it builds your confidence . Wushuuu. . . abot nggik omonganmu haha Sometimes, kita emang gabisa ngebuat diri kita selalu berfikir positif. Padahal, be positive thinking itu perlu banget. Dengan kita selalu berfikir positif kita jadi ngerasa bersyukur tiap harinya, ngerasa hidup ini lebih bersahabat, lebih menghargai dan mensyukuri segala potensi kita. Realitanya, it’s very difficult. Really! Karena terkadang otak dan hati sering berjalan ga sejalan. Berbicara memang mudah. Berpikir apalagi, mudah. Merasakan juga tak sulit. Tapi, bagaimana ketika semuanya harus bekerja secara bersamaan? Tidak semudah yang dibayangkan, tidak mudah. Lagi-lagi aku terjebak dalam situasi seperti ini. Ingin ikuti kata bibir? Tapi, tidak sejalan dengan kata hati, walaupun pikiran mendukung perkataan mulut. Ingin ikuti kata hati? Tapi, tidak sejalan dengan ucapan yang keluar dari bibir, walaupun pikiran men

Come Back

Finally, akhirnya nulis lagi. Terakhir upload 1,5 tahun yang lalu. Jeda yang sangat lamaaa... Emang amatiran banget, ga konsisten haha So, I am come back. Beberapa bulan ini dan kedepan adalah bulannya ujian kesabaran. Loh kok bisa? Yuhuu bulannya angkatanku pada sempro, ada yang mau sidang, ataupun ada yang mau wisuda dan bahkan banyak yang nikah. “Kon kapan nggik?” STOP dengan pertanyaan jahat itu! haha This whole thing got me thinking, apakah poin dari kita hidup adalah untuk cepet-cepetan ngelakuin sesuatu? Kenapa juga kita mesti cepet-cepetan ngelakuin sesuatu? Cepet-cepetan achieve sesuatu? Dan kenapa kita harus ngikutin pattern yang udah ada, yang udah dilakuin sama orang-orang sebelum kita? I am 22 now. Apakah aku seharusnya sudah sempro? “waduh penelitihan pendahuluan aja belum haha” Apakah aku seharusnya sudah wisuda? “helloo pendamping wisudamu belum ada nggik haha Oke itu nggak penting, pendamping ter-so sweet adalah keluarga”. Apakah seharusnya sekarang aku su

Untukmu, Yang Kusebut Diam dalam Do’a

Halo, kamu yang   akhirnya berhasil membuatku mencinta. Sudikah kiranya kamu mendengar cerita? Sejak   pertama kali kita bertemu, sesuatu yang “salah” terjadi pada diriku. Bukan   dalam artian buruk, tentunya. Justru ini adalah jenis “kesalahan” yang aku suka. Suka tidak suka, dirimu ada dalam kepala. Meski kamu belum tentu sudi menerima kehadiran perasaan ini, izinkan aku untuk mencurahkan melalui tulisan sederhana yang mungkin bahkan tak akan pernah sempat kau baca. Tahukah Kamu Bahwa Kehadiranmu Begitu Menyedot Perhatian? Aku bukanlah orang yang gemar menaruh perhatian kepada orang lain. Terlalu sibuk mengejar mimpi dan asik dengan duniaku adalah agenda kehidupan yang tak pernah ingin kukhianati. Bagiku hidup adalah proses membentuk diri. Setengah mati aku berusaha menyingkir dari roman percintaan. Tak ada gunanya menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk menjadi pekerja cinta. Sudah banyak contoh orang yang dibuat kecewa. Di awal perjalanan semuanya masih dapat kukendali

Selamat Ulang Tahun Mbak Merry :)

11 januari 2015 Pas nulis tanggalnya jadi inget lagunya Gigi yang judulnya “11 Januari”. Tapi kali ini esensinya beda. 11 januarinya Gigi pertama bertemu, tapi tidak untukku. 11 januari kita berpisah. Entah rasa apa yang aku rasakan saat ini, rasanya campur aduk. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Cepat atau lambat pepatah ini akan terjadi pada siapapun, termasuk aku. Iya tentu saja ada airmata, tentu saja ada semilir duka. Mbak Merry, sosok yang aku kenal dari mbak Capcin. Dia yang ramah dan asik, membuatku tak banyak waktu lama untuk sekedar mengenalnya. Kebetulan selera musik kita sama. Banyak yang aku kagumi sebenarnya dari mbak merry. Aku sendiri juga bingung, hal seperti itu bisa terjadi. Padahal aku mengenalnya hanya hitungan hari, bahkan mungkin jam. Aku baru begitu akrab dengan dia saat di tempat karaoke. Kala itu traktiran graduationnya mbak Capcin. “I looked in the rearview mirror and It seemed to make a lot more sense Than what I see ahead of us, ahead us

Say Something

“Say something , I’m giving up on you. I’ll be the one, if you want me to. Anywhere, I would’ve followed you. I’m still learning to love.  Just starting to crawl. You’re the one that I love”. Yeah... itulah kalimat yang selalu aku tunggu darimu. Iya kamu! Kamu yang selalu menggoyak setiap imajinasiku. Kamu yang selalu hadir di dalam bunga tidurku. Kamu yang selalu punya ruang di hatiku. Sosokmu yang selalu nyata di mimpiku, tapi tak pernah hadir di duniaku. Sosokmu yang selalu dapat kurasakan di batinku, tapi tak selalu dapat kusentuh ragamu. Akankah semua hanya ilusi? Tapi nampaknya kamu yang selalu memaksaku untuk mengingatmu. Terlena dalam ilusi manjamu. Harusnya aku sadar! bahwa ini hanya ilusi, yang tak akan jadi nyata. Bagai fatamorgana di gurun pasir. Aku ingin menghilangkan semua ilusi itu agar aku dapat segera melewatkanmu. Melewatkan segala kenangan yang ada. Melewatkan segala bayang semumu. Dan aku ingin melakukan itu semua. Tapi nampaknya magis auramu begitu kuat untuk m

I'LL LET IT FLOW

Mataku yang sembab karena menangisimu. Setiap kali mengingatmu sama saja aku mengundang air mata untuk membasahi pipiku. Pertemuan kita yang indah memang tak seindah cerita akhirnya. Jangan tanyakan mengapa sampai saat ini aku masih merindukanmu! Aku sendiri tak tahu mengapa hal itu bisa terjadi. Seolah-olah terjadi secara alamiah dengan sendirinya. Walau aku sadar kaubahagia bila dengan nya. Aku merasa perasaanku mati seketika. Aku tak dapat lagi membedakan mana tangis dan mana tawa, mana amarah dan mana cinta yang membuncah. Dunia semakin terlihat gelap dimataku. Setiap malamku selalu kuisi dengan kenangan dan ingatan. Kenyataan yang harus kuterima, bahwa yang aku perjuangkan selama ini tak kan pernah bisa kumiliki. Dengan sikap mu yang tidak peka seperti itu, mengapa aku masih ingin memperjuangkanmu? Aku tak tahu, jadi jangan tanyakan aku mengapa aku bisa mencintaimu dengan cinta yang benar-benar tak kupahami. Aku selalu bertanya dalam diamku. Kenapa harus kamu? Yang meng